Hari Terakhir Masa Orientasi Siswa
SMP Nusa Dharma Bhakti II
********
Jarum alarm menunjuk tepat pukul enam pagi, “Kring . . . kring . . . kring . . .” alarm Andis berbunyi saat itu juga. Andis yang mendengarnya segera bangkit dari ranjangnya, dan segera mandi dan dilanjutkan sarapan bersama Papa, Mama, dan Rico kakaknya. Sambil sarapan, tersedia Roti tawar, segelas susu, selai, dan tak lupa beberapa buah di atas meja. Andis duduk di samping kakaknya,
“Kak nanti anterin sekolah ya !!!” seru Andis pada Rico.
“Enggak ah . . . . . keburu terlambat masuk sekolah jam 7, lagi pula kamu bisa dianter papa” jawab Rico.
Akhirnya seusai sarapan Rico berangkat ke sekolah seorang diri. Tepat tiga puluh menit sebelum bel tanda masuk sekolah Andis berbunyi. Andis yang tergesa-gesa menyiapkan bekal makanan serta beberapa barang dan alat kebutuhan lain untuk hari terakhir Masa Orientasi Siswa tahun ini. Andis termasuk siswa yang pandai sebab ia masuk peringkat sepuluh besar untuk siswa luar kota, tak salah ia berasal dari Jakarta. Walau begitu, Andis memiliki satu sikap yang tak patut di tiru yaitu sikap kurang ketelitiannya. Sikapnya juga tercermin dalam persiapan alat dan barang kebutuhan yang akan dibutuhkan nanti saat menginap. Kemudian Andis diantar papanya ke sekolah naik mobil. Sesampainya di sekolah tepat dua menit sebelum bel tanda masuk berbunyi. Di depan gerbang Firman, dan Septian telah menunggu, untuk membawakan barang-barang bawaan Andis. Tak salah jika Firman dan Septian membantunya, sebab Andis lebih banyak membawa kebutuhan kolektif mereka, seperti Tikar, Selimut dan bantal.
“Ayo . . . . . cepetan, dua menit lagi bel masuk bunyi !” seru Andis kepada Firman dan Septian.
“Ya . . . iya sabar lah, kita juga berat” jawab Firman.
Kemudian mereka membawa barang barang tersebut dengan tergesa-gesa menuju kelas, setengah perjalanan menuju kelas bel tanda masuk berbunyi.
“Wah belnya dah bunyi, gue duluan ya” ujar Andis.
“Hei kamu nggak tau terima kasih ya, udah dibantuin kok ninggalin” Sindir Firman pada Andis.
“Sudahlah biarin aja, dia kan juga dah bawa banyak kebutuhan kolektif. Lagi pula dia anak Jakarta, emang seperti itu sikapnya” ujar Septian pada Firman.
Beruntung mereka bertiga tidak terlambat masuk dalam kelas, sebab kakak-kakak Pembina belum datang. Mereka segera masuk ke kelas, sesaat kemudian salah seorang kakak Pembina kak Rian datang dan diikuti oleh kakak-kakak Pembina yang lain. Kak Rian memerintahkan Andis untuk memimpin doa. Selesai berdoa, mereka diberikan beberapa materi dan dilanjutkan makan bersama. Evi yang berada di samping meja Andis dan Firman segera membuka bekalnya, terlihat bahwa Evi membawa bekal yang tidak sesuai dengan perintah kakak Pembina. Langsung saja Evi dihukum, hukumannya adalah meminta tanda tangan kakak-kakak Pembina di setiap kelas. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh Evi, Andi juga memiliki nasib yang sama, bahkan lebih parah lagi.
“Aduuuh . . . bekal makananku tertinggal di rumah” Andis terkejut.
Akhirnya mereka berdua menjalani hukuman tersebut. Sore hari telah tiba, waktunya Andis dan teman-teman lainnya mandi. Mereka berebut kamar mandi, bahkan ada yang mandi berdua. Keberuntungan kali ini tidak berpihak kepada Andis, Andispun harus mengantri dan berdesak-desakan di antara kerumunan teman-temannya.
“Gue dulu yang antri, elo antri dulu jangan ambil antrian orang bisa enggak!!!” ujar Andis kepada murid lain.
“Eh suka-suka gue donk, kelamaan antri. Asal lu tau gue bisa beli sekolah ini sesuai keingginan gue”, balas murid lain padanya.
“Sombong kali lu nyolot lagi bicaranya, kalau enggak mau antri nggak usah mandi aja lu. Nggak peduli lo anak siapa, anak pejabat kek, anak gubernur kek, atau bahkan anak Presiden, gue nggak peduli. Yang penting elo bisa antri” sahut Andis.
Akhirnya murid lain yang sombong tersebut mengalah, lalu setelah mandi Andis dan Firman menuju kelas untuk memakan cemilan. Di dalam kelas Evi, Friska, dan Dea sedang mengobrol sambil mainan handphone. Namun tak beberapa saat kakak-kakak Pembina memerintahkan untuk berkumpul di aula sekolah, merekapun segera menuju Aula. Di Aula sudah menunggu pak Somadianto Putra, sang Kepala Sekolah SMP Nusa Dharma Bhakti II.
“Yah . . . . kalian silahkan duduk di sebelah utara untuk anak laki-laki, dan di sebelah selatan untuk anak perempuan” ujar Pak Somad kepada Andis, dan beberapa temannya.
“Okay pak Somad, saya laksanakan!!!” seru Friska denagn kelebayannya, dan Friska segera duduk didekat Evi dan Dea.
“Segera pak . . . . .” seru Andis, Firman dan Septian yang menyusul dari samping Aula.
Tak lama kemudian Aula sudah terpenuhi seluruh Siswa tahun ajaran baru. Segeralah pak Somad memberi beberapa informasi. Siswa-siswi mendengarkan informasi yang disampaikan pak Somad, kecuali Andis. Seusai pemberian beberapa informasi, mereka disarankan makan malam di ruang kelas masing-masing. Kemudian setiap dua kelas dibagi menjadi dua ruangan, yang ruangan satu untuk tempat menginap cowok, dan ruangan yang satunya lagi untuk ruang menginap cewek. Selesai pembagian ruang menginap Andis mengajak Firman ke kamar toilet, karena tadi pada waktu makan malam Andis minum terlalu banyak. Saat melewati ruang menginap cewek, munculah keinginan Andis untuk menjaili siswa cewek, tak disangka-sangka pada saat Andis ingin membuka pintu, Evi berada di belakang pintu tersebut. Pada waktu yang bersamaan
“Kreeek . . . . auuuuuu!!!” Evi menjerit denagn keras,
Dia kira hantu ternyata Andis, Evi tertarik pintu yang di tarik oleh Andis yang sebenarnya Evi hampir memeluk Andis. Evipun segera menghindar karena beberapa temannya mendekatinya.
“Elo . . . . ngapain cengar-cengir” ujar Evi dengan perasaan marah terhadap Andis.
Andis menjawab “Nggak pa . . . pa . . . kog, sebenarnya tadi aku mau njailin kalian”.
“Trus ngapain lo masih di sini !!!” sahut Evi.
Andis dan Firman kembali ke ruangannya. Teman-teman Evi kebingungan apa yang terjadi antara Evi, Andis, dan juga Firman. Tetapi mereka memilih tidur ataupun memilih untuk membuka social network mereka dari pada ikut campur urusannya Evi. Dea setelah mendengar cek cok mulut Evi dan Andis, langsung mendekati Evi.
“Ada apa sih, Vi???????, kog dari tadi ribut aja” Tanya Dea.
“Tuh si Andis gila, tadi niat menjailin kita, eh . . . . taunya saat gua di belakang pintu, pintunya ditarik Andis.
"Yah jadinya gue hamper pelukan ma cowok gila itu” jawab Evi menceritakan kejadian sebenarnya kepada Dea.
“Cie . . . . cie . . . . yang baru aja pelukan ma Andis nie ye. Wow atau bahkan jatuh cinta kali. Vi, lumayan juga tuw anak, dah ganteng, tinggi, puth, pintar, tajir lagi” sahut Dea.
Setelah mendengar Dea bicara begitu, Evi langsung marah “Siapa juga yang baru jatuh cinta, beda kasta taug, dari pada cek cok sama elo, mendingan gue tidur aja”
“Ya, silahkan tidur mimpi yang tadi ya. Aku mau main game aja” ujar Dea.
Evi segera menuju tempat tidurnya, namun datang lah Friska. Sebenarnya Friska sudah menebak apa yang dipikirkan Evi, pastilah memikirkan Andis yang ganteng. Namun sayang tebakan Friska salah, melainkan yang dipikirkan Evi sekarang ialah bagaimana caranya menyelesaikan tugas yang telah diberikan kakak Pembina dalam waktu satu malam. Evi segera menawarkan kepada Friska untuk mengerjakan tugas tersebut bersamanya. Friska menerima tawaran Evi, akhrirnya mereka mengerjakan tugas tersebut bersama-sama.
“Vi, tadi kamu mikirin apa?, memangnya kamu suka ma Andis yaw?” Tanya Friska sambil mengerjakan tugas.
“Nggak bakalan, mang gue cewek murahan” bentak Evi.
“Maaf tadi gue bentak elo, bukan ya, gue tadi mikirin tugas ini, tinggal elo, gue, Darwin, Eko, Dea, dan Danis yang belum ngerjai” tambah Evi.
“Nyantai aja kali Vi, masih banyak kan yang belum kelar tugasnya, kamu aja yang terlalu rajin” jawab Friska.
Akhirnya kelar sudah tugas Evi dan Friska, Evipun segera tidur.
“Kring . . . kring . . . kring . . . kring . . . “ alarm Evi berbunyi, biasa Evi merupakan murid yang rajin dan disiplin waktu, apapun akan dia lakukan demi bisa menjadi disiplin. Mereka segera mandi dan dilanjutkan dengan Acara penutupan Masa Orientasi Siswa tahun ajaran ini. Tak terkecuali Andis, ia mendapat giliran paling akhir mendapatkan kesempatan untuk mandi, biasa Andis adalah anak yang tidak disiplin. Jadinya Andis terlambat datang dalam acara Penutupan tersebut. Kali ini Andis beruntung sebab ia tidak mendapat hukuman.
Seusai acara penutupan Masa Orientasi Siswa para murid segera kembali ke rumahnya dengan membawa segudang pengalaman. Papa Andispun juga sudah menunggu di depan sekolah. Pulanglah Andis ke rumahnya, sesampainya di rumah Andis menceritakan berbagai pengalaman yang ia dapatkan setelah Masa Orientasi Siswa usai, tak terkecuali kejadian malam hari Andis dan Evi juga turut Andis ceritakan kepada Mamanya.
................. o O o .................
Novel by : Anandhika Arifianto
No comments:
Post a Comment